Jumat, 11 Juni 2010

Strategi Pemanfaatan Wilayah Kapubaten Manokwari

Kabupaten Manokwari

Kabupaten Manokwari adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Manokwari.
Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Manokwari terletak pada 0015’ – 3025’ Lintang Selatan dan 132035’ – 134045’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 37. 901 km2, dengan batas-batas :
Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Selatan : Kabupaten Fak-fak
Sebelah Barat : Kabupaten Sorong
Sebelah Timur : Kabupaten Biak Numfor, Yapen Waropen dan Nabire
Wilayah Administrasi
Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Manokwari (sebelum pemekaran) terbagi dalam 17 Kecamatan, dengan Manokwari sebagai Ibukota kabupaten. Dari 17 kecamatan yang ada, 10 berada di daerah pegunungan, selebihnya berada di dataran dan daerah pantai.
Iklim
Kabupaten Manokwari mempunyai iklim tropis basah dengan suhu udara minimum 21,50C dan suhu maksimum 33,1 °C. Suhu maksimum terjadi pada bulan Januari dan Maret, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan Agustus dan November. Curah hujan cukup tinggi yaitu 2.283 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah terjadi pada bulan Juli. Untuk jumlah hari hujan, hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Juni & Oktober, dan hari hujan terkecil terjadi pada bulan Desember.
Penduduk
Penduduk Kabupaten Manokwari hingga tahun 2004 berjumlah 209.308 jiwa dengan kepadatan 4 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk 3,8% per tahun. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Manokwari (33,04%) dan sisanya tersebar di 16 Kecamatan lainnya. Suku asli yang mendiami Kabupaten Manokwari adalah suku besar Arfak, suku Wamesa, suku Samuri, Sebyar, Irarutu dan Numfor Doreri. Selain itu terdapat suku pendatang asal Papua seperti Serui, Biak, Waropen serta beberapa suku dari luar Papua.
Keadaan Alam di Manokwari
Topografi
Kabupaten Manokwari memiliki topografi dari wilayah datar hingga bergelombang (bergunung). Hampir 1.446 km2 (3,8%) wilayahnya memiliki kemiringan 0 – 25% (datar), selebihnya (80%) wilayahnya memiliki kemiringan lebih dari 25% (bergelombang). Daerah datar umumnya tersebar di beberapa kawasan pada Kecamatan Babo, Bintuni, Merdey, Ransiki, Warmare, Prafi, Masni dan Amberbaken.
Struktur Tanah
Secara umum struktur tanah di Kabupaten Manokwari terdiri dari jenis alluvial (18,70%), mediterania (2,44%), podsolid merah kuning (10,41%), podsolid coklat keabuan (7,57%), tanah utama/complex of soil (49,21%), latosol (4,49%) dan organosol (7,17%). Sedangkan jenis tanah yang ada secara umum terdiri dari tanah kapur kemerahaan, tanah endapan alluvial dan tanah alluvial muda. Kedalaman efektif tanah secara umum di Kabupaten Manokwari rata-rata di atas 25 cm. Kedalaman ini hampir merata di seluruh wilayah kecamatan kecuali di wilayah pegunungan kapur.
Hidrologi
Kondisi hidrologi di Kabupaten Manokwari diperlihatkan dalam pola aliran sungai. Sungai-sungai yang ada pada umumnya bermuara ke Samudra Pasifik, Teluk Cenderawasih, Teluk Bintuni dan Teluk Wandamen. Sungai terpanjang adalah sungai Sebyar yang terdapat di Kecamatan Bintuni dan bermuara di Teluk Bintuni. Sungai-sungai besar yang ada sebagian besar dapat dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi air (Kecamatan Bintuni dan Babo) dan sebagian lagi digunakan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan hidup penduduk sehari-hari.
Geologi dan Jenis Batuan
Secara garis besar struktur geologi yang ada berupa daerah lipatan yang terdapat di kawasan dataran tinggi pegunungan. Di antara lipatan tersebut terdapat sesar naik (daerah dataran tinggi dengan dominasi batuan sedimen batu kapur, batuan pluton) dan sesar turun (lembah-lembah dengan didominasi batuan endapan dengan sedimen lumpur dan organik, alluvium, yura). Pada kawasan-kawasan pantai atau laut banyak dijumpai batuan terumbu karang dan koral.
Secara geologis jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Manokwari yaitu,
• Batuan sedimen tersier & pleistosin tanpa kapur berupa deposit kuater yang menutupi batuan sedimen tersier
• Batuan sedimen tersier & pleistosin karang koral berupa, batuan beku basal, tufa, andesit, gabro, serpentim tersier, granit dan diorit tersier.
Strategi Pemanfaatan Wilayah Kabupaten Manokwari


I. Pengembangan Sistem Pusat-Kegiatan

Pengembangan sistem pusat kegiatan di Kabupaten Manokwari meliputi strategi yang terkait dengan sektor strategis spasial, yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana dalam mendukung fungsi pusat. Strategi pemanfaatan ruang untuk pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pusat-pusat pertumbuhan pada distrik yang lebih berkembang, terutama di wilayah inti sehingga dapat tercipta adanya trickling down effect (penyebaran pusat-pusat kegiatan) bagi wilayah sekitarnya (hinterland) di Kabupaten Manokwari dengan dikembangkan atau dibangun sarana dan prasarana yang sesuai dengan fungsi/hirarki yang direncanakan.

2. Meningkatkan aksesibilitas pusat pertumbuhan pertama ke pusat pertumbuhan kedua dan dilanjutkan dengan pengembangan pusat kedua.

3. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan kedua di wilayah Kabupaten Manokwari untuk mengimbangi pusat pertumbuhan pertama, setelah pusat pertumbuhan pertama berkembang dan memberikan efek ke bawah sebelum menjadi terlalu “primat”. Pengembangan dilakukan dengan melengkapi sarana prasarana yang sesuai dengan hirarki/fungsi kota yang direncanakan

4. Pusat-pusat pertumbuhan di wilayah inti yang kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan pusat pertumbuhan di daerah lain dijadikan sebagai Orde I, seperti Distrik Manokwari


II. Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Pengembangan sistem jaringan transportasi darat bertujuan untuk :

• Membuka akses daerah terisolir dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah

• Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan dan kawasan budidaya lainnya ke berbagai tujuan pemasaran

• Mendukung pemanfaatan potensi unggulan wilayah secara optimal yang diharapkan diikuti dengan meningkatkan daya saing berbagai produk unggulan di Kabupaten Manokwari

• Mendukung pengembangan sistem kota-kota di Kabupaten Manokwari melalui pengintegrasian sistem transportasi antar moda.

Pengembangan sistem prasarana wilayah di Kabupaten Manokwari adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan dan peningkatan kualitas jalan untuk menghubungkan titik-titik lokasi atau wilayah terutama di lokasi pusat-pusat pertumbuhan wilayah perencanaan

2. Mempertahankan fungsi kawasan budidaya yang sudah ada dalam wilayah kesesuaian kawasan lindung di wilayah perencanaan dengan melakukan pengendalian perkembangan terutama pada pencegahan perambahan hutan di sekitarnya

3. Mengoptimalkan sarana transportasi baik melalui jalur darat, laut, dan udara

4. Penyediaan sarana air bersih sistem perpipaan di tiap-tiap kawasan perkotaan wilayah perencanaan

5. Penyediaan sarana jaringan listrik di tiap-tiap wilayah perencanaan.

Berdasarkan pertimbangan utama tersebut, maka jaringan transportasi yang membentuk struktur ruang wilayah Kabupaten Manokwari dibentuk melalui :

A. Transportasi

Strategi pengembangan sistem prasarana transportasi adalah sebagai berikut :

I. Jaringan Darat

1. Pembangunan dan peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Manokwari adalah
sebagai berikut : Jaringan jalan arteri primer sebagai jalur lintas nasional meliputi
jalur utama :
• Manokwari – Maruni – Oransbari – Ransiki – Mameh - Bintuni
• Maruni – Warmare – Prafi – Mubrani – Kebar – Senopi – Sorong
• Rencana ruas jalan Arteri Primer Mameh – Windesi

2. Jalan kolektor primer sebagai jalur lintas regional meliputi :
• Ruas jalan Saokorem – Mubrani
• Ruas jalan Masni – Yompantai - Manokwari
• Ruas jalan Prafi – Minyambouw – Taige – Anggi – Ransiki

3.Jalan lokal primer sebagai akses lokal meliputi : pengembangan rencanatransportasi yang menghubungkan antara pusat-pusat distrik selain jalan arteri primer dan kolektor primer
• Ruas jalan Mameh – Issim
• Ruas jalan Suer – Membay
• Rencana pembangunan ruas jalan kolektor primer Issim – Merdey
• Rencana pembangunan ruas jalan kolektor primer Ransiki – Suer
• Rencana pembangunan ruas jalan kolektor primer Nuey – Suer
• Rencana pembangunan ruas jalan kolektor primer Membay – Hingk – Penebut
• Rencana pembangunan ruas jalan pusat Distrik Testega - Pusat DistrikCatubouw - Pusat Distrik Minyambouw
• Rencana pembangunan ruas jalan pusat Distrik Sururey – Pusat DistrikIranmeba – Pusat Distrik Issim

Jaringan jalan lokal primer juga berfungsi sebagai feeder road bagi jaringan utama pembentuk struktur tata ruang Kabupaten Manokwari. Selain itu juga pengadaan pembangunan dan perbaikan jaringan jalan yang menjadi penghubung antar distrik
yang mendukung terwujudnya hubungan interaksi antara pusat I dengan pusat-pusat
lainnya.

Pengadaan rute angkutan baik lokal, regional maupun nasional, serta penyediaan
sarana transportasi yang dapat mendukung terwujudnya hubungan antar pusat-pusat
kegiatan. Pembangunan terminal-terminal juga sangat diperlukan untuk peningkatan
tingkat aksesibilitas antar moda transportasi.

II. Jaringan Transportasi Laut

Selain itu, jaringan perhubungan laut dan udara secara terpadu mendukung terbentuknya struktur tata ruang Kabupaten Manokwari melalui lokasi dan fungsi
masing-masing prasarana.

Jaringan transportasi laut pembentuk struktur ruang wilayah kabupaten diwakili oleh
pelabuhan nasional. Pelabuhan nasional yang menyelenggarakan kegiatan bongkarmuat barang antar pulau sekaligus berfungsi sebagai pelabuhan penumpang utama adalah Pelabuhan Manokwari.

Pelabuhan laut selain mendukung fungsi kolektor dan distributor barang bagi pusat – pusat di mana pelabuhan yang bersangkutan berlokasi, juga berfungsi sebagai prasarana pergantian antar moda transportasi (transhipment point) dari dan ke moda
angkutan jalan raya.

III. Jaringan Transportasi Udara

Jaringan transportasi udara pembentuk struktur ruang wilayah kabupaten diwakili oleh bandar udara dengan fungsi sebagai bandara nasional, regional, dan bandara
Lokal bukan pusat penyebaran, yaitu :

• Bandara nasional sebagai pusat penyebaran antar wilayah di wilayah Kabupaten Manokwari adalah Bandara Rendani di Distrik Manokwari
• Bandara regional pusat penyebaran adalah Bandara Ransiki
• Bandara lokal sebagai bukan pusat penyebaran adalah Bandara Senopi, Bandara Kebar, Bandara Janderau, Bandara Nekori, Bandara Pubuan, Bandara Saokorem, Bandara Anggi, Bandara Nenei, Bandara Catubou, Bandara Sururey, Bandara Iranmeba, Bandara Minyambouw, Bandara Testega dan Bandara Taige.
Pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Manokwari melalui sistem pusatpusat didukung oleh jaringan transportasi antar moda sesuai dengan lokasi dan fungsi masing-masing prasarana. Orde I didukung oleh prasarana jaringan jalan
arteri primer, terminal penumpang kelas B, pelabuhan nasional, dan bandara nasional; yaitu Distrik Manokwari. Orde II didukung oleh prasarana jaringan jalan arteri primer dan terminal kelas C, yaitu Distrik Masni dan Distrik Ransiki. Orde I dan Orde II juga menjalankan fungsi sebagai transhipment point antar modal transportasi terutama bagi daerah pelayanan masing-masing.

B. Telekomunikasi

• Penambahan satuan sambungan telepon terutama di pusat pertumbuhan penduduk dan kegiatan
• Pembangunan kantor dan peningkatan jaringan telekomunikasi kabel maupun seluler ke seluruh wilayah Kabupaten Manokwari terutama pada pusat-pusat kegiatan/simpul-simpul perkotaan.

C. Penyediaan Listrik

• Dibuat pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Manokwari dengan memanfaatkan batu bara di wilayah ini, tetapi perlu didahului dengan upaya eksplorasi dan eksplotasi batu bara
• Memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk pembangkit listrik seperti memanfaatkan aliran air sungai (Sungai Prafi 2009)
• Peningkatan pembangkit listrik dan penambahan jaringan listrik terutama untuk lokasi-lokasi yang memiliki aktivitas penduduk. Jaringan listrik dapat mengikuti jaringan jalan.

D. Penyediaan Prasarana Pengairan Air Bersih

• Pembangunan jaringan air bersih dengan sistem perpipaan yang disesuaikan dengan kondisi geografis yaitu menggunakan sistem gravitasi (Sumber air sungai Maruni) atau sistem pompa
• Penyaluran air bersih melalui sistem perpipaan di setiap distrik terutama di wilayah perkotaan (pusat distrik).
• Perlindungan terhadap daerah resapan air sehingga debit air tidak berkurang.

E. Penyediaam Air Baku Bagi Pertanian

• Penambahan jaringan prasarana irigasi di kawasan pertanian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografis
• Pembuatan sungai-sungai kecil yang berfungsi mengaliri lahan pertanian
• Inventarisasi lahan, dan pemilik pertanian serta potensial kebutuhan air baku bagi pertanian.

F. Pembuangan Limbah Cair dan Padat

• Limbah Padat, yaitu :

- Penentuan lokasi untuk tempat pembuangan akhir (TPA) di beberapa lokasi di Kabupaten Manokwari

- Penyediaan tempat pembuangan sementara (TPS) dan alat angkut sampah di beberapa bagian wilayah perkotaan tiap distrik

- Pembangunan septic tank untuk setiap rumah dan bangunan pada wilayah atau kawasan dengan kepadatan rendah, tetapi pada kawasan dengan kepadatan tinggi dapat digunakan sistem komunal.

• Limbah Cair, yaitu :

- Industri harus melakukan pengelolaan limbah cair sendiri sesuai AMDAL
- Pengelolaan limbah cair untuk perkotaan dengan cara terpusat dengan saluran limbah cair mengarah pada pinggiran perkotaan.

G. Penyediaan Saluran Drainase

• Pemanfaatan sungai-sungai utama sebagai drainase utama
• Drainase sekunder untuk mengalirkan air dari simpul-simpul kegiatan yang dialirkan ke sungai-sungai yang ditetapkan di rencana lebih detail.

III. Arahan/Pengelolaan Kawasan Lindung

Pemanfaatan ruang kawasan lindung merupakan upaya mewujudkan pemanfaatan ruang di kawasan lindung sebagaimana yang telah direncanakan, dimana langkah kegiatannya dapat berupa mempertahankan kawasan lindung yang sudah ada, alih fungsi lahan sesuai dengan peruntukkannya. Arahan pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Manokwari adalah sebagai berikut :

1. Kawasan lindung yang diprioritaskan perwujudannya adalah kawasan lindung yang berdekatan dan atau berbatasan dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat perkotaan di wilayah perencanaan, dalam hal ini mempertahankan kawasan lindung
sebesar 50% dari total luas Kabupaten Manokwari

2. Kawasan lindung dengan tipologi sebagai kawasan yang berpotensi dan atau
memiliki kekhasan alam maka dipertahankan keberadaannya, kawasan lindung
tersebut meliputi :
• Kawasan Hutan Konservasi dan Suaka Alam (cagar alam)
• Kawasan Taman Nasional
• Kawasan Taman Wisata Alam
• Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
• Kawasan Rawan Bencana
Kawasan tersebut merupakan kawasan prioritas perlindungan karena memiliki fungsi perlindungan strategis terhadap kualitas dan kuantitas air maupun bencana alam seperti banjir, erosi, pendangkalan sungai, dll akibat oleh minimnya penyangga air limpasan di kawasan lindung tersebut. Misalnya Taman Nasional Teluk Cendrawasih di Teluk Cendrawasih yang wajib dijaga kelestariannya sebagai kawasan lindung.

3. Kawasan lindung yang saat ini berupa hutan lindung wajib dipertahankan keberadaannya dan dijaga kelestariannya untuk menjaga keseimbangan alam

4. Rehabilitasi hutan lindung pada kawasan hutan lindung yang telah mengalami
kerusakan dan penggundulan hutan di wilayah perencanaan

5. Pemanfaatan hasil hutan non kayu

6. Pembuatan hutan rakyat

7. Pembangunan bangunan konservasi tanah


Sumber :
http://www.manokwarikab.go.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Manokwari
http://www.manokwarikab.go.id/dmdocuments/rtrw/strategipemanfaatan.pdf

Jumat, 04 Juni 2010

Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.

Sejarah

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

Konsep

Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional

  • Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

  • Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

  • Produk Nasional Neto (NNP)

Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

  • Pendapatan Nasional Neto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

  • Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

  • Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.


Penghitungan

Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

  • Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
  • Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
  • Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (XM).

Pada kasus ini, kita hanya membahas tentang produk domestic bruto atau Gross Domestic Product ( GDP ) untuk konsep pendapatan nasional.

Definisi Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.

Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.


Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.


Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,-. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi. (2000:146-147).


Tipe-tipe GDP

Ada dua tipe GDP, yaitu :


1) GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.


2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan
harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.


Perhitungan GDP


Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:


1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.


2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.


GDP berdasarkan Pendekatan Pengeluaran.


Menurut McEachern (2000:149) untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen, konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor netto. Kita akan membahasnya satu per satu.


1. Konsumsi, atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan, adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb.


2. Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.


Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.


3. Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.


4. Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.



Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M).


Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP :


C + I + G + (X-M) = Pengeluaran agregat = GDP



GDP berdasarkan Pendekatan Pendapatan.


Menurut McEachern (2000:151) pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendaptan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi). Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan laba dari produksi.


Jadi kita dapat mengatakan bahwa:


Pengeluaran agregat = GDP = Pendapatan agregat


Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.

Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/produk-domestik-bruto-pdbgross-domestic.html